Saturday, July 5, 2008

white at heart.

A letter for Prof. George. 

Sewaktu (90an) saya menimba ilmu desain produk di Maryland University, Schwabisch Gmund, Jerman, dalam rangka menggapai cita-cita untuk meneruskan usaha yang dirintis ibu saya di bidang kids furniture, kami para siswa di wajibkan untuk datang dan melihat salah satu fashion show besar yang ada di benua Eropa. Saya dan beberapa orang teman asal Asia, memilih untuk datang ke Milan, Italia. Di sela-sela kesenangan karena akan melakukan study tour ke Milan, dalam hati kami bertanya kenapa kami para siswa/i diwajibkan untuk melihat salah satu fashion show yang ada di Eropa? Seorang teman saya menyatakan keherananya dengan berkata,”Kita kan mau jadi desainer produk, kok malah disuruh liat peragaan busana sih?” Selang berapa hari kemudian saya memberanikan diri bertanya kepada Prof. George (asal Inggris dan menetap di Jerman pasca perang dunia ke II yang juga memperkenalkan saya untuk pertama kalinya dengan metode mind mapping yang menurut saya sangat berguna),”Warum mussen Wir die Fashion show sehen? Was sie uns, produkt designer, bringen?” (Kenapa kita mesti melihat peragaan busana? Apa guna peragaan busana bagi kita calon produk desainer?). Beliau menjelaskan,”Der Mecca die design produkte ist Fashion design. Fashion ist die ausgang von Design der einfachste die menchen abnehmen. Wan ein bestimte design abgenomen wurde, Sie werden suchen gleichwie produkte als die trendy Fashion. Du must die Fashion Show schauen damit kanst du die andere produkte eintragen  (Kiblat dari desain produk adalah desain fesyen. Fesyen adalah output dari desain yang paling mudah diterima dan paling awal diadaptasi manusia. Ketika suatu jenis desain tertentu diadaptasi oleh manusia, mereka akan mulai mencari produk-produk pendukung gaya hidup mereka yang seirama dengan gaya atau desain pakaian yang sedang mereka gandrungi. Kalian harus liat apa yang menjadi trend fesyen sekarang untuk bisa mengadaptasikannya dalam bentuk desain produk lainnya!). Setelah merenung sejenak saya mulai mengerti maksud Prof. George dan berkata Alles klar! (Semua jelas!).

 

Pasca perang dunia ke II, eks tentara Amerika melampiaskan kegembiraan mereka atas tekanan mental dan fisik akibat perang serta tekanan chain of command ala milter, dengan memanjangkan rambut dan berpakaian tanpa aturan. Kendaraan roda dua yang kala itu juga mulai merambah Amerika, dirubah (modifikasi) seenaknya  oleh mereka dan hadirlah kendaraan desain roda dua yang sekarang kita kenal dengan desain chopper (motor dengan garpu penopang roda yang extra panjang dan cat exterior warna warni). …

 

Akhir-akhir ini saya punya pandangan lain mengenai hubungan desain fesyen dan produk. Saya berkenalan dan mulai berinteraksi dengan komputer Apple Macintosh sewaktu di sekolah dulu. Sebagai seorang Indonesia, saat itu saya menggunakan komputer PC based, dan semua orang mencela saya. Semua orang di sana berkata bahwa Apple adalah komputernya para desainer, desainer gak pake PC mereka bilang. Terus terang saya bukan seorang Einstein, saya kesulitan untuk mengoperasikan PC pada awalnya karena banyak yang harus dipelajari, termasuk bahasa operating system (OS) DOS. Setelah saya akhirnya mencoba menggunakan Apple, saya mendapatkan interface Apple sangat user friendly. Hal lain yang membuat mengoperasikan Apple sangat menyenangkan adalah desain produknya yang menurut saya beyond its era! Di kala Central Unit Procesor (CPU) PC terpisah dari monitornya, Apple menyatukan keduanya! Dan hingga kini saya tidak terpisahkan dari MacBook saya yang putih.

 

Lalu apa yang merubah pandangan saya mengenai hubungan desain fesyen dan produk? Ketika saya mulai menggunakan MacBook dan ipod saya yang putih menggantikan PowerBook (titanium silver), saya mulai merasa pakaian beserta aksesoris yang saya kenakan mulai tidak serasi. Mulailah saya mencari-cari pakaian dan aksesoris yang bisa membuat saya tampil indesign dengan komputer kesayangan saya. Apa yang saya dapatkan? Beragam aksesoris berwarna putih yang indesign dengan MacBook putih saya! Sebelum Apple me launch MacBook dan ipod (putih) di awal 2001, putih bukanlah warna yang populer di kalangan orang-orang muda or at least berjiwa muda. Sangat sulit untuk saya menemukan kacamata dengan bingkai putih, belt putih, wristwatch putih, backpack putih or even just a white jean! Walaupun pada awalnya saya pesimis di awal pencarian saya, sekarang saya senang dengan mudahnya mendapatkan aksesoris fesyen berwarna putih bertebaran di pusat perbelanjaan. And you know what makes me even shocked? Saya bukan satu-satunya manusia dengan fesyen dan aksesoris beraksen putih, banyak lagi selain saya pengguna warna putih yang saya jumpai … dan mereka paling tidak mengantongi ipod kalau tidak menenteng MacBook berwarna putih!

 

Apa yang saya pelajari dari fenomena ini? Saya mendapatkan pemikiran Prof. George tidak sepenuhnya benar! Ketika Apple menggemparkan dunia dengan mengeluarkan seri iMac dengan warna plastic transparent dengan shocking colors, saya mendaptakan dunia desain produk dan fesyen serta merta mengikutinya. Sekarang MacBook putih menjadi salah satu notebook terlaris, dunia pun menjadi putih! Setelah memiliki MacBook putih, terpikir oleh saya sekarang untuk memiliki Grand Vitara Putih (Show room Suzuki Pondok Indah), atau paling tidak Honda Vario putih (Show room Honda Jatinegara) untuk melengkapi jam tangan putih Levis, Jean putih Energie, dan kacamata putih Oakley yang menemani keseharian aktivitas saya. Steve Jobs (Apple) rules fashion design (at least for now). 

2 comments:

Anonymous said...

hm,, alur ceritanya bagus,, the way you lead your readers to the main problem juga smooth,, tidak ada perasaan digurui,,yang jelas malah encouraging saya untuk juga bisa berpikir seperti itu,,nice,,

bikin saya jadi pengen ikutan mikirin lagi teori-teori dosen2 saya yang selama ini saya telen mentah2,, hehehe..

Thanks,

Anonymous said...

Sayang, orang pintar, tapi juga pintar jilat, pintar fitnah. Minus etika.